Di
Lembaga Alumni Eropa kami membimbing para peserta persiapan studi di
negara-negara Eropa dengan pengalaman yang kami miliki. Karena semua
pengajar kami adalah para alumni dari universitas di negara-negara Eropa
tersebut. Agar lebih mudah belajar bahasa asing, kami
mengutip sebuah artikel dari kompas.com tentang merubah
kebiasaan-kebiasaan yang berpengaruh ketika kita akan belajar bahasa
asing.
Kemampuan belajar bahasa yang paling
dasar adalah soal kebiasaan yang dibentuk oleh sedikit disiplin dan
kesadaran diri. Namun sayangnya, menurut Anne Merritt, pengajar EFL di
Korea Selatan banyak orang mengulang lima kebiasaan yang justru membuat
belajar bahasa asing makin sulit. Maka agar mudah belajar bahasa asing rubah 5 kebiasaan ini. Apa saja?
Tidak banyak mendengar
Banyak ahli yang belajar tata bahasa
percaya bahwa belajar bahasa justru dimulai dengan “silent period” atau
dia. Sama seperti bayi yang belajar mengucapkan sesuatu dengan mendengar
dan menirukan bunyi, orang-orang yang belajar bahasa juga perlu
mendengar untuk belajar. Ini dapat membuat belajar perbendaharaan kata
dan struktur berjalan lancar serta membantu untuk memperhatikan pola
pembentukan bahasa.
Mendengar adalah kemampuan berkomunikasi
yang kita gunakan hampir di seluruh kehidupan kita. Namun, ini sulit
dilakukan kecuali Anda tinggal di negara lain atau berada di kelas
intensif bahasa asing selain bahasa ibu Anda. Solusinya, pakailah musik,
non-streaming webcast, acara televisi dan film. Dengar, dengar dan
dengarkanlah sesering mungkin.
Kurang rasa ingin tahu
Dalam belajar bahasa, sikap bisa menjadi
faktor penentu kemajuan kemampuan seseorang. Para ahli bahasa
mempelajari sikap dalam pembelajaran bahasa pada tahun 1970-an di
Quebec, Kanada, ketika tensi tinggi terjadi antara kaum Anglophones dan
Francophones. Riset menunjukkan bahwa kaum Anglophones memiliki
stereotip bahwa kaum Perancis di Kanada tidak juga menguasai bahasa
Perancis dengan baik meski sudah bertahun-tahun belajar di sekolah yang
mewajibkan mata pelajaran Bahasa Perancis.
Di sisi lain, seseorang yang sedang
belajar bahasa akan lebih berhasil ketika juga tertarik dengan budaya
negara asal bahasa tersebut. Ketertarikan mereka yang belajar bahasa
terhadap budaya membuat mereka lebih mudah memahami bahasa yang
dipelajari dan lebih terbuka dalam membangun relasi dengan native
speakers.
Berpikir terlalu kaku
Para ahli bahasa menemukan bahwa mereka
yang belajar dengan toleransi yang rendah terhadap ambiguitas atau
kerancuan akan lebih merasa sulit dalam belajar bahasa. Belajar bahasa
mencakup banyak ketidakpastian. Mereka yang belajar akan menghadapi
kosakata baru setiap hari dan untuk setiap aturan tata bahasa ada
pengecualian dialek atau kata kerja tidak beraturan. Sampai kefasihan
ercapai, akan selalu ada sejumlah kerancuan.
Para pembelajar yang langsung melihat
kamus begitu menemukan kata baru akan merasa lebih stres dan bingung
daripada mereka yang justru berpikir keras untuk menebak makna suatu
kata baru yang ditemuinya. Oleh karena itu, tipe pembelajar “buru-buru
lihat kamus” mudah merasa frustasi dan berhenti belajar.
Cara belajar seperti ini sangat sulit
untuk diubah, namun latihan kecil bisa membantu. Temuan lirik lagu atau
teks dan berlatihlah untuk menemukan makna inti darinya meski ada
beberapa kata yang Anda tidak ketahui.
Cuma pakai satu metode
Beberapa orang yang belajar bahasa
merasa nyaman dengan peralatan untuk mengulang-ulang mendengarkan kaset
pembelajaran di laboratorium bahasa. Beberapa membutuhkan buku teks tata
bahasa untuk memahami pelafalannya. Masing-masing pendekatan ini baik,
namun salah jika hanya bersandar pada satu metode saja.
Orang-orang yang belajar bahasa
menggunakan banyak cara untuk mempraktekkan keahlian bahasa dan mencoba
menjelaskan konsep. Menemukan lebih banyak cara juga menolong mereka
saat menemukan kebosanan dalam satu metode.
Ketika memilih kelas belajar bahasa,
Anda harus mencari kursus yang mempraktekkan empat kemampuan bahasa,
yaitu membaca, menulis, mendengar dan berbicara. Jika belajar secara
otodidak, cobalah belajar dengan mengombinasikan buku teks, audio dan
aplikasi pembelajaran bahasa.
Takut
Tak peduli sebaik apa seseorang itu
dapat menulis tulisan dalam bahasa asing, menggabungkan kata kerja atau
menyelesaikan ujian kosakata, untuk belajar, berimprovisasi dan mengetes
kemampuan, Anda perlu berbicara.
Ini adalah tahap dimana bungkam, rasa
malu dan rasa tidak nyaman akan menghancurkan kerja keras mereka dalam
belajar bahasa. Dalam budaya timur dimana harga diri adalah nilai sosial
yang tinggi, mudah untuk tidak mau mencoba bicara dalam bahasa asing
yang sedang dipelajari. Mereka terlalu takut untuk salah dalam tata
bahasa atau salah mengucapkan kata-kata karena merasa itu akan membuat
sangat malu.
Jadi, kuncinya adalah bahwa berbuat
kesalahan justru membantu orang yang sedang belajar bahasa untuk
menunjukkan keterbatasan kemampuan mereka dan belajar untuk dikoreksi
sehingga akan lebih paham setelahnya. Semakin sering belajar melalui
bicara, semakin cepat mereka bisa meningkatkan kemampuan bahasa asing
mereka. Maka semakin cepat kita rubah kebiasaan-kebiasaan ini semakin mudah belajar bahasa asing dengan cepat.
sumber
loading...