Pernah mendengar kata-kata "kamu berbakat sekali" atau ketika seorang juri suatu perlombaan berkomentar "bakat kamu sudah oke". Lalu apa itu bakat itu?
Perdebatan
menarik yang telah berkembang terkait keberbakatan berkisar pada apakah
bakat itu diciptakan/ dilatih atau dibawa dari lahir. Gagasan bahwa
bakat itu bawaan lahir tampaknya telah membuat banyak orang merasa tak
senang.
Bagaimana
tidak, gagasan itu seolah memenjarakan mereka dari kebebasan
bereksplorasi dan dalam menekuni minat tertentu. Tapi manakala kita
melihat lebih jauh tentang asal muasal bakat ini, kita bahkan tak perlu
berpihak pada salah satu kubu, karena jawabannya memang bukan pada
keduanya.
Bahasan tentang ini sangatlah terkait dengan neurologis dalam diri kita. Maka kita akan memulainya dengan bicara tentangnya. Neuron
pertama kita terbentuk pada saat empat puluh dua hari di dalam
kandungan. 120 hari kemudian, jumlahnya meningkat hingga 9.500 baru
setiap detiknya! Di saat kelahiran, kita telah memiliki 100 milyar
neuron. Jumlahnya akan tetap sedemikian itu hingga kita mati nanti. Nah,
bicara tentang bakat, awalannya adalah yang berikut ini.
60
hari menjelang kelahiran, neuron yang kita punya mulai berkomunikasi
satu sama lain dan membentuk jalinan yg disebut axon. Manakala sebuah
jalinan terbentuk, maka sebuah sinapsis pun terbentuk. Di saat usia kita
telah mencapai tiga tahun, setiap seratus milyar neuron telah membentuk
jaringan sinapsis dengan neuron lainnya. Nah, keberbakatan kita
mulainya dari sini, yakni dengan adanya koneksi antar neuron.
Jalinan sinapsis otak pembentuk bakat
Di
saat koneksi antar neuron ini terjadi, anak tampak sedemikian aktif
luar biasa. Kita biasanya mencermati terjadinya pada dua waktu: yakni di
saat balita dan saat anak berumur belasan tahun (sekitar kelas 1-2
SMA). Itu adalah saat2 di mana anak dikenal amat aktif (baca: nakal
bukan main). Mereka mencoba banyak hal, dan tampak berbakat pada banyak
hal.
Tapi
terlalu tergesa utk mengatakan bahwa itu memang bakat. Atau lebih
tepatnya begini: apakah itu akan jadi bakat atau tidak, itu akan amat
tergantung pada minat si anak. Manakala si anak terus berminat pada
bidang tertentu, maka otomatis itu akan menjadi bakatnya. Mengapa bisa
begitu? Karena hukum alam telah menakdirkan jaringan sinapsis yg awalnya
terbentuk tadi kian lama kian melemah dan bahkan menghilang. Ini
berlaku untuk apa2 yg kita tidak pernah atau jarang sekali melatihnya.
Sampai kita kemudian berusia 16 tahun, separuh dari jaringan itu telah
hilang. Dan kita tidak bisa membentuknya kembali.
Tapi
justru dari terputusnya sinapsis itulah kemudian apa yang dinamakan
bakat benar2 jadi terasah. Tidaklah benar bila dibilang semakin banyak
koneksi sinapsis yang kita punya, maka menjadi semakin pintar dan
efektif pula lah kita. Justru sebaliknya, kita malah akan kebingungan
manakala punya sekian banyak sinapsis. Karena kita jadi tak bisa ahli di
bidang tertentu. Perlu diketahui bahwa setiap jalinan sinapsis akan
menciptakan dorongan pada diri untuk ingin dan terus ingin melakukan
(dengan kata lain: menciptakan minat). Dengan begini, maka kita malah
akan kebingunan mencoba ini dan itu tanpa benar-benar pernah mematangkan
sebuah kompetensi tertentu.
Jika
dibuat permisalan, maka setiap sinapsis kita ibaratnya adalah jalan
tanah. Manakala kita terus melewatinya, maka jalan itu akan membaik
-dengan kesengajaan atau tidak- hingga akhirnya bisa menjadi jalan
makadam (jalan dengan batu pecah yang diatur padat dan ditimbun dengan
kerikil), kemudian menjadi jalan aspal hingga akhirnya menjadi jalan
tol. Disebut bakat sesungguhnya manakala kita mampu mengkapitalkan atau
mengeksploitasi jalinan sinapsis kita hingga seolah menjadi jalan bebas
hambatan: di mana kita jadi sedemikian mudah dan nikmat dalam
melakukannya.
Artinya:
Kepintaran dan efektivitas kita justru bergantung pada bagaimana kita
mengkapitalkan koneksi sinapsis yang sudah ada; dengan membuatnya makin
kuat dan makin kaya dengan sinapsis-sinapsis pendukung yang relevan.
Secara hukum alam, jaringan2 sinapsis itu diputus justru untuk memberi
kita ruang agar bisa mengeksploitasi sinapsis2 tertentu.
Dr.
Anders Ericsson dalam “Cambridge Handbook of Expertise and Expert
Performance,” sebuah buku akademik setebal 900 halaman menyatakan bahwa
para expert performer -mulai dari pebalet, pebasket, programmer komputer
hampir selalu “dibuat” (dengan latihan), bukannya dilahirkan. Dia
mengatakan “Yes, practice does make perfect.” Dia kemudian menyatakan
klise yang sering kita dengar: “When it comes to choosing a life path,
you should do what you love, because if you don’t love it, you are
unlikely to work hard enough to get very good.”
Jika
memang demikian halnya, sebenarnya ini tidaklah bertentangan dengan apa
kata Marcus Buckingham dan Donald O. Clifton’s berdasarkan riset 25
tahun senilai multi million pound yang dilakukan oleh Gallup terhadap
dua juta career performers dari 101 perusahaan dan 63 negara. Hasil
penelitian mereka menunjukkan bahwa meskipun ada aspek bakat yang dibawa
dari lahir, namun kita punya kekuatan untuk membentuk bakat apapun yang
kita mau.
Catatan
pentingnya, itu semua harus dilakukan semenjak balita hingga usia
belasan tahun, karena sampai situlah batas otak kita dalam membuat
jalinan sinapsis antar neuron. Lebih dari 20 tahun, Anda harus menemukan
atau menggali dalam-dalam apa bakat dan kekuatan Anda. Di masa ini,
Anda sudah tidak bisa lagi ‘menyuruh’ neuron di otak Anda untuk
membentuk sinapsis yang benar-benar baru. Yang bisa Anda lakukan
hanyalah membuat jalinan sinapsis di sekeliling sinapsis utama yang
sudah terbentuk.
loading...