Please enable / Bitte aktiviere JavaScript!
Veuillez activer / Por favor activa el Javascript![ ? ]

Ingin Jadi Kaya? Haruskah Jadi Pintar dan Jenius?

Beberapa hari yang lalu, tim Vemale mendapat kiriman tulisan ini melalui broadcast BlackBerry. Setuju atau tidak, Anda yang memutuskan.

Orang Bodoh vs Orang Pintar

Orang bodoh sulit dapat kerja, akhirnya berbisnis

Agar bisnis berhasil, ia merekrut orang pintar

Alhasil, boss orang pintar adalah orang bodoh

Orang bodoh sering melakukan kesalahan

Maka dia merekrut orang pintar untuk memperbaiki yang salah

Alhasil, orang bodoh memerintah orang pintar untuk keperluannya.

Orang pintar belajar untuk mendapatkan ijazah dan mencari kerja.

Orang bodoh berpikir secepatnya mendapatkan uang untuk membayar orang pintar

Orang bodoh berpikir pendek untuk memutuskan sesuatu yang dipikirkan panjang-panjang oleh orang pintar.

Alhasil orang pintar menjadi staf orang bodoh

Saat bisnis orang bodoh mengalami kelesuan, dia PHK orang pintar yang bekerja

Tapi saat bisnis orang bodoh maju, orang pintar akan menghabiskan waktu untuk bekerja keras dengan hati senang.

Sementara orang bodoh menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dengan keluarganya.

Mata orang bodoh selalu mencari apa yang bisa dijadikan duit

Mata orang pintar selalu mencari kolom lowongan pekerjaan

Bill Gates, Dell, Henry Ford, Liem Swie Liong tidak pernah dapat S1, tapi menjadi kaya.

Ribuan orang pintar bekerja untuk mereka

dan ribuan jiwa keluarga bergantung pada mereka.

PERTANYAAN:

- Lebih baik jadi orang pintar atau orang bodoh?

- Lebih pintar mana, orang pintar atau orang bodoh?

- Mana yang lebih susah, orang pintar atau orang bodoh?

KESIMPULAN:

Jangan lama-lama jadi orang pintar

Jadilah orang bodoh yang pintar, daripada jadi orang pintar yang bodoh

Kata kuncinya adalah 'risiko' dan 'berusaha'.

Karena orang bodoh berpikir pendek, maka dia bilang risikonya kecil, selanjutnya dia berusaha agar risiko betul-betul kecil.

Orang pintar berpikir panjang, maka dia bilang risikonya besar, selanjutnya dia tidak berusaha mengambil risiko tersebut, dan mengabdi pada orang bodoh.

Di manakah posisi kita saat ini?

Berhentilah meratapi keadaan kita yang sekarang.

Ini hanya sebuah refleksi dari semua retorika dan dinamika kehidupan.

Semua pilihan dan keputusan ada di tangan kita untuk mengubahnya.

Sumber
loading...