Meskipun sepanjang sejarah terdapat banyak wanita yang terlibat dalam perkembangan sains, namun kinerja mereka kurang mendapat pengakuan. Prestasi dari para ilmuan wanita seringkali diabaikan. Buku-buku sains seringkali tidak menyebutkan nama-nama ilmuan wanita. Berbeda dengan lelaki, secara umum wanita zaman dulu kesulitan untuk memasuki bangku perkuliahan. Kalaupun mereka tergabung dalam proyek pengembangan sains, kebanyakan dari mereka hanya diposisikan sebagai asisten dari para ilmuan lelaki. Situasi semacam ini berlangsung lama sepanjang sejarah. Akibatnya, setiap buku-buku sains ataupun ensiklopedia sains yang kita kenal hingga saat ini lebih banyak menyebutkan nama-nama ilmuan lelaki daripada ilmuan wanita.
Kalah pamor dari ilmuan lelaki, tidak berarti menghilangkan prestasi yang pernah digoreskan ilmuan wanita dalam sejarah. Sebagaimana ilmuan lelaki, ilmuan wanita juga memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia. Dalam tulisan ini akan saya perkenalkan beberapa nama ilmuan wanita masa lalu yang mungkin terlupakan dan belum kita kenali dalam sejarah sains.
Ilmuan Wanita Pertama
Terdapat banyak doktor wanita pada masa peradaban Mesir dan Yunani kuno, hanya saja mereka tidak mendapat kesempatan untuk bekerja lebih dalam di dunia sains dan eksperimen keilmuan. Biografi dan catatan perjalanan hidup ilmuan wanita banyak ditulis oleh kaum lelaki, dimana dalam tulisan itu tidak dijelaskan dengan sebenarnya tentang keseluruhan prestasi ilmuan wanita. Wanita seringkali disudutkan, dianggap tidak bermoral dan berbahaya bagi dunia sains. Tentu alasan ini sangat tidak masuk akal. Salah satu nama ilmuan wanita masa lalu yang berhasil diabadikan adalah Hypatia (A.D. 370-415). Hypatia adalah ilmuan wanita dari Alexandria. Ia seorang ilmuan brilian pada masa peradaban Mesir kuno. Banyak tulisan-tulisannya yang telah hilang, namun ilmuan lain banyak yang mencatat ajaran Hypatia dalam karya-karya mereka. Hypatia lahir di Alexandria, Mesir. Selama hidupnya ia banyak belajar matematika dan filsafat. Ia sangat tertarik mempelajari aljabar dan geometri. Selain itu, Hypatia juga tertarik dengan mekanika dan teknologi. Ia berhasil mendesain sebuah alat yang disebut Plane Astrolabe, yang berfungsi untuk mengukur posisi bintang, planet, dan matahari.
Ahli Matematika yang Terlupakan
Anne, Countess of Conway (1631-1679) adalah ahli matematika yang juga seorang filsuf yang lahir di London. Wanita ini banyak mempelajari karya-karya Rene Descartes (Filsuf dan matematikawan Perancis). Ia sering mengadakan pertemuan dengan ilmuan lain di rumahnya, Ragley Hall. Di tempat itu para ilmuan banyak mendiskusikan problem-problem sains yang belum terpecahkan. Anne menulis The Principles of the most Ancient and Modern Philosophy, yang baru dipublikasikan sebelas tahun setelah kematiannya oleh seorang kimiawan Belanda, Francis van Helmont. Karya Anne sangat berpengaruh terhadap pemikiran Gottfried Leibniz (1646-1716), filsuf sekaligus matematikawan cerdas yang hidup di Jerman. Leibniz sendiri mengakui ketertarikannya terhadap ide-ide brilian Anne tentang konsep filsafat dan matematika, namun pada kenyataanya nama Anne tidak lebih terkenal dari Leibniz. Padahal Anne adalah ilmuan yang menginspirasi Leibniz untuk berfilsafat dan memecahkan problem matematika.
Sang Astronom Otodidak
Caroline Herschel (1750-1848) lahir dari keluarga seniman di Jerman. Pada tahun 1772 ia pindah ke Inggris untuk belajar kepada kakaknya, William, seorang astronom. Setelah menerima pelajaran astronomi dan matematika, Herschel menjadi asisten pribadi William. Pada tahun 1787 ia menjadi wanita pertama yang menyandang gelar asisten tetap seorang astronom, dimana ia juga menguasai ilmu astronomi secara otodidak.
Menemukan komet baru. Setelah selesai belajar astronomi dari William, Herschel menjadi astronom terkemuka di Eropa. Awalnya ia berkolaborasi dengan William untuk mempelajari komet-komet, namun pada suatu ketika independensinya muncul, kemudian Herschel mampu menemukan komet baru. Atas penemuannya itu, pada tahun 1828 ia mendapat penghargaan Gold Medal of the Royal Astronomical Society. Kesuksesan Hershel ini membuatnya terkenal dan menunjukkan kepada dunia, bahwa wanita bisa menguasai sains dan berperan penting terhadap perkembangannya.
Dakwah Sains
Adalah Mary Somerville, wanita yang berkontribusi besar dalam bidang pendidikan sains. Wanita kelahiran Skotlandia ini terkenal dengan sebutan The Queen of 19th Century Science. Paper ilmiah pertamanya yang berjudul On the Magnetizing Power of the More Refrangible Solar Rays dipresentasikan oleh suaminya dalam konverensi ilmuan tingkat tinggi, Royal Society (karena pada waktu itu wanita tidak diberi ruang untuk mempresentasikan karya ilmiahnya). Pada tahun 1831, ia menerbitkan Mechanism of the Heavens. Karya ini diinterpretasi oleh ilmuan Perancis, Pierre de Laplace (1749-1827). Karya itu akhirya menjadi bacaan pokok untuk studi matematika selama berabad-abad.
Programer Komputer Pertama
Ada Agusta, Countess of Lovelace (1815-1852), adalah putri dari seorang seniman, Lord Byron. Wanita ini memfokuskan diri pada studi tentang astronomi, sastra Latin, musik, dan matematika. Ia bekerja bersama matematikawan Inggris, Charles Babbage (1729-1871) sebagai desainer operasional aritmatika untuk mesin hitung (baca: kalkulator). Aritmatika mesin hitung ini menjadi dasar dan pelopor bagi pemrograman komputer masa kini. Dengan kata lain, Lovelance adalah wanita pertama yang meletakkan dasar pemrograman untuk komputer modern. Gagasan dan ide-ide pemrograman Lovelance semakin dikembangkan dan disempurnakan, kemudian karya-karyanya mulai dipublikasikan pada tahun 1843. Namun demikian, karena pada waktu itu wanita tidak mendapat tempat di dunia sains, karya-karya Lovelance dipublikasikan tidak dengan nama aslinya. Karya-karyanya diterbitkan hanya dengan nama samaran dan inisial saja. Akibatnya, walaupun karya-karya dibidang pemrograman dan matematikanya sangat terkenal, namun namanya tidak terkenal. Sepertihalnya yang terjadi pada ilmuan wanita lain pada masanya, nama Lovelance akhirnya terlupakan.
Akademisi yang Gagal
Sophia Krukovsky (1850-1891) adalah ahli matematika Rusia yang banyak memperoleh penghargaan atas karya-karya ilmiahnya. Pada suatu ketika keahlianya dibidang matematika tidak bisa dilanjutkan karena terhalang oleh pernikahannya dengan seorang ahli hukum, Vladimir Kovalevsky. Setelah menikah, ia pindah ke Jerman. Di Jerman, Sophia tidak diberi kesempatan untuk belajar di universitas oleh suaminya. Sophia hanya bisa belajar metematika sendirian di tempat tinggalnya. Namun, belajar sendirian tidak mematahkan semangatnya untuk terus berkarya. Pada tahun 1874 ia memperoleh gelar doktor dibidang matematika dari Gottingen University. Pada tahun 1884 ia menjadi profesor wanita pertama di University of Stockholm, Swedia. Pada tahun 1888, atas jasanya dalam bidang matematika ia memperoleh penghargaan The Prix Bordin, suatu penghargaan bergengsi dibidang sains Perancis (French Academie des Sciences). Tetapi, ia masih saja tidak mendapatkan jaminan pekerjaan yang layak atas penguasaan keilmuannya. Di Perancis tidak ada media publikasi yang mau mempublikasikan karya-karyanya. Akhirnya ia memutuskan untuk mengirimkan karya-karyanya ke Stockholm dan menikmati sisa hidupnya unuk melakukan penelitian ilmiah hingga mencapai kematiannya.
sumber:http://thinkedmania.blogspot.com/2012/01/ilmuan-wanita-yang-terlupakan.html
Kalah pamor dari ilmuan lelaki, tidak berarti menghilangkan prestasi yang pernah digoreskan ilmuan wanita dalam sejarah. Sebagaimana ilmuan lelaki, ilmuan wanita juga memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia. Dalam tulisan ini akan saya perkenalkan beberapa nama ilmuan wanita masa lalu yang mungkin terlupakan dan belum kita kenali dalam sejarah sains.
Ilmuan Wanita Pertama
Terdapat banyak doktor wanita pada masa peradaban Mesir dan Yunani kuno, hanya saja mereka tidak mendapat kesempatan untuk bekerja lebih dalam di dunia sains dan eksperimen keilmuan. Biografi dan catatan perjalanan hidup ilmuan wanita banyak ditulis oleh kaum lelaki, dimana dalam tulisan itu tidak dijelaskan dengan sebenarnya tentang keseluruhan prestasi ilmuan wanita. Wanita seringkali disudutkan, dianggap tidak bermoral dan berbahaya bagi dunia sains. Tentu alasan ini sangat tidak masuk akal. Salah satu nama ilmuan wanita masa lalu yang berhasil diabadikan adalah Hypatia (A.D. 370-415). Hypatia adalah ilmuan wanita dari Alexandria. Ia seorang ilmuan brilian pada masa peradaban Mesir kuno. Banyak tulisan-tulisannya yang telah hilang, namun ilmuan lain banyak yang mencatat ajaran Hypatia dalam karya-karya mereka. Hypatia lahir di Alexandria, Mesir. Selama hidupnya ia banyak belajar matematika dan filsafat. Ia sangat tertarik mempelajari aljabar dan geometri. Selain itu, Hypatia juga tertarik dengan mekanika dan teknologi. Ia berhasil mendesain sebuah alat yang disebut Plane Astrolabe, yang berfungsi untuk mengukur posisi bintang, planet, dan matahari.
Biarawati Sekaligus Fisikawati
Hidegard of Bingen (1098-1179) adalah seorang biarawati pada sebuah Biara di Jerman. Ia mempelajari berbagai bidang ilmu pengetahuan, termasuk musik, farmasi, dan kedokteran. Ia menulis banyak buku, salah satunya berupa ensiklopedia berjudul Liber Simplicis Medicinae yang isinya mendeskripsikan tentang studi kehewanan dan mineral anorganik. Dalam ensiklopedia itu ia juga memberi keterangan ilmiah terhadap sekitar 230 jenis tanaman dan 60 jenis pohon. Hidegard pernah merancang peta sistem alam semesta. Ia berani berspekulasi tentang sistem kosmos alam semesta. Menurut pendapatnya, bumi adalah pusat tata surya, dimana ia dikelilingi oleh matahari, bintang, dan planet-planet.
Ahli Matematika yang Terlupakan
Anne, Countess of Conway (1631-1679) adalah ahli matematika yang juga seorang filsuf yang lahir di London. Wanita ini banyak mempelajari karya-karya Rene Descartes (Filsuf dan matematikawan Perancis). Ia sering mengadakan pertemuan dengan ilmuan lain di rumahnya, Ragley Hall. Di tempat itu para ilmuan banyak mendiskusikan problem-problem sains yang belum terpecahkan. Anne menulis The Principles of the most Ancient and Modern Philosophy, yang baru dipublikasikan sebelas tahun setelah kematiannya oleh seorang kimiawan Belanda, Francis van Helmont. Karya Anne sangat berpengaruh terhadap pemikiran Gottfried Leibniz (1646-1716), filsuf sekaligus matematikawan cerdas yang hidup di Jerman. Leibniz sendiri mengakui ketertarikannya terhadap ide-ide brilian Anne tentang konsep filsafat dan matematika, namun pada kenyataanya nama Anne tidak lebih terkenal dari Leibniz. Padahal Anne adalah ilmuan yang menginspirasi Leibniz untuk berfilsafat dan memecahkan problem matematika.
Sang Astronom Otodidak
Caroline Herschel (1750-1848) lahir dari keluarga seniman di Jerman. Pada tahun 1772 ia pindah ke Inggris untuk belajar kepada kakaknya, William, seorang astronom. Setelah menerima pelajaran astronomi dan matematika, Herschel menjadi asisten pribadi William. Pada tahun 1787 ia menjadi wanita pertama yang menyandang gelar asisten tetap seorang astronom, dimana ia juga menguasai ilmu astronomi secara otodidak.
Menemukan komet baru. Setelah selesai belajar astronomi dari William, Herschel menjadi astronom terkemuka di Eropa. Awalnya ia berkolaborasi dengan William untuk mempelajari komet-komet, namun pada suatu ketika independensinya muncul, kemudian Herschel mampu menemukan komet baru. Atas penemuannya itu, pada tahun 1828 ia mendapat penghargaan Gold Medal of the Royal Astronomical Society. Kesuksesan Hershel ini membuatnya terkenal dan menunjukkan kepada dunia, bahwa wanita bisa menguasai sains dan berperan penting terhadap perkembangannya.
Dakwah Sains
Adalah Mary Somerville, wanita yang berkontribusi besar dalam bidang pendidikan sains. Wanita kelahiran Skotlandia ini terkenal dengan sebutan The Queen of 19th Century Science. Paper ilmiah pertamanya yang berjudul On the Magnetizing Power of the More Refrangible Solar Rays dipresentasikan oleh suaminya dalam konverensi ilmuan tingkat tinggi, Royal Society (karena pada waktu itu wanita tidak diberi ruang untuk mempresentasikan karya ilmiahnya). Pada tahun 1831, ia menerbitkan Mechanism of the Heavens. Karya ini diinterpretasi oleh ilmuan Perancis, Pierre de Laplace (1749-1827). Karya itu akhirya menjadi bacaan pokok untuk studi matematika selama berabad-abad.
Programer Komputer Pertama
Ada Agusta, Countess of Lovelace (1815-1852), adalah putri dari seorang seniman, Lord Byron. Wanita ini memfokuskan diri pada studi tentang astronomi, sastra Latin, musik, dan matematika. Ia bekerja bersama matematikawan Inggris, Charles Babbage (1729-1871) sebagai desainer operasional aritmatika untuk mesin hitung (baca: kalkulator). Aritmatika mesin hitung ini menjadi dasar dan pelopor bagi pemrograman komputer masa kini. Dengan kata lain, Lovelance adalah wanita pertama yang meletakkan dasar pemrograman untuk komputer modern. Gagasan dan ide-ide pemrograman Lovelance semakin dikembangkan dan disempurnakan, kemudian karya-karyanya mulai dipublikasikan pada tahun 1843. Namun demikian, karena pada waktu itu wanita tidak mendapat tempat di dunia sains, karya-karya Lovelance dipublikasikan tidak dengan nama aslinya. Karya-karyanya diterbitkan hanya dengan nama samaran dan inisial saja. Akibatnya, walaupun karya-karya dibidang pemrograman dan matematikanya sangat terkenal, namun namanya tidak terkenal. Sepertihalnya yang terjadi pada ilmuan wanita lain pada masanya, nama Lovelance akhirnya terlupakan.
Akademisi yang Gagal
Sophia Krukovsky (1850-1891) adalah ahli matematika Rusia yang banyak memperoleh penghargaan atas karya-karya ilmiahnya. Pada suatu ketika keahlianya dibidang matematika tidak bisa dilanjutkan karena terhalang oleh pernikahannya dengan seorang ahli hukum, Vladimir Kovalevsky. Setelah menikah, ia pindah ke Jerman. Di Jerman, Sophia tidak diberi kesempatan untuk belajar di universitas oleh suaminya. Sophia hanya bisa belajar metematika sendirian di tempat tinggalnya. Namun, belajar sendirian tidak mematahkan semangatnya untuk terus berkarya. Pada tahun 1874 ia memperoleh gelar doktor dibidang matematika dari Gottingen University. Pada tahun 1884 ia menjadi profesor wanita pertama di University of Stockholm, Swedia. Pada tahun 1888, atas jasanya dalam bidang matematika ia memperoleh penghargaan The Prix Bordin, suatu penghargaan bergengsi dibidang sains Perancis (French Academie des Sciences). Tetapi, ia masih saja tidak mendapatkan jaminan pekerjaan yang layak atas penguasaan keilmuannya. Di Perancis tidak ada media publikasi yang mau mempublikasikan karya-karyanya. Akhirnya ia memutuskan untuk mengirimkan karya-karyanya ke Stockholm dan menikmati sisa hidupnya unuk melakukan penelitian ilmiah hingga mencapai kematiannya.
sumber:http://thinkedmania.blogspot.com/2012/01/ilmuan-wanita-yang-terlupakan.html
loading...