Batik telah lama dikenal sebagai kain tradisional Indonesia, yang oleh UNESCO pun telah diakui sebagai warisan budaya dunia.
Kain yang telah dipakai sejak berabad-abad lalu ini bukan sekadar kain biasa. Setiap motif batik mengandung filosofi, sejarah,
dan kisah tersendiri, yang lalu menghasilkan kompleksitas motif yang indah.
Zaman yang semakin modern ternyata tak membuat batik punah. Malah sebaliknya,
teknologi komputer nan canggih ternyata bisa digunakan untuk melestarikan kain tradisional ini.
Itulah yang dilakukan oleh People Pixel Project, sebuah kelompok riset desain dari Bandung.
Kelompok yang didirikan oleh Nancy Margried, Muhammad Lukman dan Yun Hariadi ini
menemukan bahwa kompleksitas motif batik serupa dengan konsep fraktal dalam matematika atau fisika.
Bermula saat mereka iseng-iseng menggambar tumbuhan dengan menggunakan teknik fraktal,
ternyata setelah dilihat malah menghasilkan pola yang mirip batik.
Lalu, Yun meriset 300 motif batik Indonesia. Sebagai alat kerjanya, kami perlu software yang dirancang oleh teman-teman programmer.
Jadilah sebuah software bernama JBatik.
Ternyata pola batik tradisional dapat dimodelkan dalam rumus matematika yaitu fraktal.
Fraktal adalah salah satu cabang ilmu matematika yang berfokus pada pengulangan, dimensi, literasi, dan pecahan.
Semua motif batik pasti mengandung unsur ini. Akhir 2006 lalu saya kumpul bersama dua teman, Muhamad Lukman dan Yun Hariadi.
Mereka berasal dari jurusan arsitektur dan matematika ITB.
Kata 'batik' adalah istilah terkenal dengan tangan tradisional dibuat dengan kain pola tertentu,
ikon budaya Indonesia dan telah dikenal sebagai salah satu warisan Dunia, sejak 2009.
Batik Fractal adalah sebuah inovasi, produk dan merek (Fractal Batik Indonesia).
Kami membuat pola batik menggunakan rumus fraktal pada Software jBatik,
dan kemudian menerapkannya ke dalam kain dengan tangan tradisional menulis
atau stamping menolak pewarna pewarna dengan pengrajin batik tradisional.
Perangkat lunak kami generatif menciptakan pola batik.
Dikombinasikan dengan proses buatan tangan, itu akan membawa sebuah kain batik kontemporer.
Dengan menggunakan rumus fraktal, pola batik diterjemahkan hingga dapat
dimodifikasi dengan bantuan teknologi komputer sehingga menghasilkan desain pola baru yang sangat beragam.
People Pixel Project kemudian menciptakan perangkat lunak “jBatik”
yang dapat membuat desain motif batik dengan menggunakan konsep matematis fraktal.
“Hasilnya, dari motif-motif batik tradisional yang sudah ada,
bisa dimodifikasi dengan berbagai motif baru yang dihasilkan dari teknik fraktal,”
kata Nancy Margried, CEO Batik Fractal Indonesia.
Batik memang memiliki pakem-pakem tersendiri dalam pendesainan dan penggunaan motif.
Misalnya adalah motif kawung, huk dan parang rusak, yang biasanya hanya boleh digunakan
oleh kalangan bangsawan di momen-momen tertentu saja. Namun, untuk keperluan industri,
adanya perangkat lunak untuk menciptakan ragam motif batik tentu menjadi sebuah inovasi bernilai.
Batik fraktal dapat menjadi solusi bagi permasalahan keterbatasan desain motif batik.
Dengan bantuan perangkat lunak jBatik, berbagai motif batik dapat diciptakan secara cepat,
baik motif dasar maupun motif hasil modifikasi.
ada 3 bentuk batik fraktal yang dapat dihasilkan:
Batik Fraktal Sederhana : hasil simulasi komputer dalam bentuk fraktal yang memiliki kemiripan dengan desain batik tradisional.
Batik Hibrida : Pola motif dalam fraktal dan motif batik digunakan sebagai bahan ornamentasi dan dekorasi untuk desain batik secara bersamaan.
Batik Inovatif : Pola motif batik tradisional didesain ulang dengan menggunakan teknologi komputasional fraktal.
Nancy mengatakan, perangkat lunak jBatik hanya membantu dalam mendesain motif-motif batik,
namun dalam hal pengerjaannya tetap dilakukan secara tradisional, yaitu dengan teknik batik tulis atau cap.
“Pengerjaannya masih dilakukan oleh para pengrajin batik tradisional di Cirebon dan Pekalongan,” tambahnya.
Dengan inovasi dan kualitas yang mereka hasilkan, produk Batik Fractal Indonesia
memang patut diapresiasi dengan harga yang pantas. Selembar kain batik tulis dibandrol dengan
harga Rp700.000 hingga jutaan rupiah. “Bahkan pernah ada yang terjual seharga Rp10 juta,
saat itu memang ada kolektor yang memesan khusus, dan dia berani membayar segitu setelah melihat hasilnya,” kata Nancy.
Tak heran, untuk menghasilkan selembar kain batik tulis dibutuhkan waktu 1 hingga 5 bulan.
Tergantung variasi dan kesulitan motif serta warna. Semakin rumit motif dan semakin banyak warna,
maka proses pembuatannya pun akan semakin panjang. Itulah sebabnya, Batik Fraktal Indonesia lebih sering
mengerjakan kain batik tulis sesuai pesanan.
Meski awalnya baru menghasilkan produk berupa kain batik panjang, saat ini Batik Fraktal Indonesia
tengah mulai memproduksi pakaian batik ready to wear. “Ada batik tulis, ada juga batik cap,
namun semua desain motifnya dibuat dengan menggunakan konsep fraktal,” tutur Nancy.
Karya anak bangsa ini telah mendapatkan pengakuan dari UNESCO.
Pada Oktober 2008, UNESCO menganugerahi People Pixel Project dengan Award of Excellence sebagai ‘Stamp of Approval’.
Artinya produk mereka memiliki kualitas tertinggi pada level internasional dan berpotensi besar untuk masuk pasar dunia.
loading...