Nusantara tempat kita hidup ini merupakan teritorial yang memiliki
keistimewaan luar biasa. Kekayaan alamnya, yang terkandung dalam bumi
mulai dari kesuburan tanah, keragaman flora dan fauna, kontur tanah,
struktur geologi, kualitas geodesi, dan kekayaan maritimnya.
Nusantara secara geologis merupakan “ring of fire” terdiri dari barisan bukit berderet dari wilayah Sabang sampai Merauke.
Di antara barisan bukit-bukit itu terdapat ratusan gunung berapi aktif dan non-aktif. Gunung purba maupun yang baru lahir menunjukkan regenerasi dan dinamika alam yang luar biasa. Banyak pula deretan gunung api purba yang sampai sekarang masih aktif misalnya gunung Merapi di sebelah utara wilayah Jogjakarta.
Ratusan gunung berapi itu masing-masing mempunya karakteristik dan pola letusan yang berbeda-beda, serta masing-masing memiliki kontur perbukitan yang berbeda-beda pula. Kondisi fisik alamiah itu menimbulkan cirikhas karakter penduduk Nusantara.
Paugeran & Daya Magis Nusantara
Meskipun gunung-gunung yang terhampar di permukaan bumi Nusantara mempunyai keberagaman karakteristik, namun hampir semua gunung yang ada di Nusantara ini memiliki kesamaan nilai spiritualnya.
Setiap gunung memiliki aura magis atau kesakralan dengan kadar yang berbeda-beda yang telah diakui setidaknya oleh masyarakat sekitar yang sehari-harinya terjadi interaksi dengan kehidupan di sekitar pegunungan di mana masyarakat menggantungkan hidupnya dari berkah yang dikeluarkan oleh gunung dan lingkungan alamnya.
Oleh sebab itu nilai-nilai magis atau kesakralan yang sudah tertanam dalam kesadaran kosmos masyarakat sekitar gunung tidak dapat dihapus oleh peubahan zaman maupun upaya-upaya desakralisasi melalui propaganda dan hasutan macam manapun.
Benarkah Gunung Memiliki Kekuatan Supra ?
Gunung-gunung dianggap memiliki kekuatan besar dan penuh kesakralan. Dengan begitu, kita semakin menyadari akan sikap para leluhur bumi putera Nusantara di masa lalu hingga sekarang, terutama Kraton-kraton yang masih eksis menjadikan gnung sebagai salah satu tempat sakral dan sarana pemujaan (penghormatan) kepada Sang Jagadnata beserta seluruh makhluk penghuninya. Bahkan alasan mengapa tempat peristirahatan terakhir, dan peristiwa muksa yang terjadi di masa lalu lebih sering dilakukan di puncak-puncak gunung dan bukit, kini terjawab sudah.
Kenapa Gunung Disakralkan ?
Jika orang menyakralkan gunung hendaklah bukan semata berdasarkan cerita mitos atau mitologi bukan pula dongeng pengantar tidur anak kecil saja.
Kecuali bagi yang masih kurang terbiasa akrab dan mencintai lingkungan alam, dan yang belum sungguh-sungguh memahami karakter lingkungan alam tentu akan sulit memahaminya. rata-rata gunung yang ada di Nusantara ini baik yang masih aktif maupun yang sudah lama non aktif memiliki daya magis yang kuat. Penduduk pribumi Nusantara pada umumnya percaya akan adanya getaran magis yang menyelimuti gunung.
Lebih mengenal dan lebih memahami gunung tenyata dapat membawa kita pada kesadaran kosmos yang lebih tinggi sehingga dapat bermanfaat untuk membangun sikap yang lebih arif dan bijaksana bagi siapapun juga dalam mengambil sikap dan berbuat sesuatu. Ya, gunung menjadi salah satu guru bagi kehidupan yang saya jalani. Karena gunung adalah guru yang paling jujur.
Dari mana asal muasal daya magis suatu gunung ?
Bahwa daya kekuatan itu tidak lain berasal dari hukum keselarasan dan keseimbangan alam. Hukum alam telah menempatkan pegunungan sebagai tempat yang menyimpan kumparan energi dari dalam bumi maupun dari permukaan bumi.
Di mana di dalam perut gunung tersimpan kekuatan magma dan panas bumi yang lebih kuat dari dataran rendah. Kekuatan alam itu memancar hingga ke puncak gunung, badan dan kaki gunung dengan tingkat energi yang berbeda-beda. Gunung dengan selimut hutan belantara menjadikannya sebagai rumah tinggal seluruh makhluk.
Ragam mahluk hidup mulai dari bangsa manusia, bangsa “halus”, ragam tumbuhan hingga binatang. Gunung yang selalu diselimuti hutan belantara yang hijau menjadi pabrik yang memproduksi oksigen. Sehingga fungsi gunung sebagai tempat konservasi alam sebagai lumbung air dan oksigen yang dibutuhkan oleh seluruh mahluk hidup.
Para penghuninya bukanlah sembarang mahluk hidup, mereka mahluk hidup pilihan baik titah wadag maupun alus. Selain karena daya supernatural powernya, karena memang tidak setiap mahluk hidup mampu bertahan dan bisa bertempat tinggal di kawasan puncak gunung. Hanya mahluk hidup tertentu dan pilihan saja yang mampu bertempat tinggal di kawasan sekitar kawah atau puncak gunung.
Setidaknya hal ini menjawab tanda-tanya selama ini mengapa di pegunungan selalu ditinggali mahluk halus yang memiliki kekuatan dan kemampuan relative tinggi. Mengapa pula di puncak-puncak gunung tidak pernah tampak mahluk halus setingkat kuntilanak, pocongan, sundel bolong dan sejenisnya? Tetapi lebih banyak mahluk halus yang lebih sulit dilihat dengan mata visual namun mudah dirasakan besarnya daya kekuatan dan kemampuan mereka.
Memahami Gunung Melalui Simbol
Dilihat dari keadaan fisiknya, bentuk gunung yang kerucut dapat diartikan sebagai lambangkan kesadaran akan ketuhanan. Di bagian bawah atau kaki gunung lebih lebar melambangkan keberagaman “jalan” menggapai kesadaran spiritual. Hal ini tersirat dalam bentuk nasi tumpeng yang sering kita dapati dalam tradisi Jawa.
Di bawah lebar dan di bagian atas mengerucut melambangkan suatu makna bahwa sekalipun terdapat keberagaman “jalan” spiritual namun pada dasarnya menuju pada tujuan yang tunggal yakni menggapai kemuliaan yang Mahatunggal (Tuhan). Semua itu terjadi sebagai bagian dari sistem keseimbangan alam.
Apa yang terjadi jika bangsa manusia tidak mengindahkan hukum tata keseimbangan alam tersebut dengan cara merubah pola menjadi serba terbalik ? Apa yang terjadi jika areal puncak perbukitan dan pegunungan dibuat pemu****n oleh bangsa manusia ? Apa yang terjadi jika hutan-hutan belantara itu telah dirusak oleh bangsa manusia ?
Kita bisa belajar kebijaksanaan dari Gunung Merapi yang telah memindahkan secara paksa areal pemu****n penduduk dari semula di tempat “terlarang”. Gunung Merapi telah mengembalikan wilayah terlarang itu menjadi hutan belantara. Alam sedang menata dan mengembalikan pola keseimbangannya. Jika kita bersikap open-mind, akan mampu memahami hukum alam secara lebih bijak dan cermat.
Baca Juga:
Sumber
Nusantara secara geologis merupakan “ring of fire” terdiri dari barisan bukit berderet dari wilayah Sabang sampai Merauke.
Di antara barisan bukit-bukit itu terdapat ratusan gunung berapi aktif dan non-aktif. Gunung purba maupun yang baru lahir menunjukkan regenerasi dan dinamika alam yang luar biasa. Banyak pula deretan gunung api purba yang sampai sekarang masih aktif misalnya gunung Merapi di sebelah utara wilayah Jogjakarta.
Ratusan gunung berapi itu masing-masing mempunya karakteristik dan pola letusan yang berbeda-beda, serta masing-masing memiliki kontur perbukitan yang berbeda-beda pula. Kondisi fisik alamiah itu menimbulkan cirikhas karakter penduduk Nusantara.
Paugeran & Daya Magis Nusantara
Meskipun gunung-gunung yang terhampar di permukaan bumi Nusantara mempunyai keberagaman karakteristik, namun hampir semua gunung yang ada di Nusantara ini memiliki kesamaan nilai spiritualnya.
Setiap gunung memiliki aura magis atau kesakralan dengan kadar yang berbeda-beda yang telah diakui setidaknya oleh masyarakat sekitar yang sehari-harinya terjadi interaksi dengan kehidupan di sekitar pegunungan di mana masyarakat menggantungkan hidupnya dari berkah yang dikeluarkan oleh gunung dan lingkungan alamnya.
Oleh sebab itu nilai-nilai magis atau kesakralan yang sudah tertanam dalam kesadaran kosmos masyarakat sekitar gunung tidak dapat dihapus oleh peubahan zaman maupun upaya-upaya desakralisasi melalui propaganda dan hasutan macam manapun.
Benarkah Gunung Memiliki Kekuatan Supra ?
Gunung-gunung dianggap memiliki kekuatan besar dan penuh kesakralan. Dengan begitu, kita semakin menyadari akan sikap para leluhur bumi putera Nusantara di masa lalu hingga sekarang, terutama Kraton-kraton yang masih eksis menjadikan gnung sebagai salah satu tempat sakral dan sarana pemujaan (penghormatan) kepada Sang Jagadnata beserta seluruh makhluk penghuninya. Bahkan alasan mengapa tempat peristirahatan terakhir, dan peristiwa muksa yang terjadi di masa lalu lebih sering dilakukan di puncak-puncak gunung dan bukit, kini terjawab sudah.
Kenapa Gunung Disakralkan ?
Jika orang menyakralkan gunung hendaklah bukan semata berdasarkan cerita mitos atau mitologi bukan pula dongeng pengantar tidur anak kecil saja.
Kecuali bagi yang masih kurang terbiasa akrab dan mencintai lingkungan alam, dan yang belum sungguh-sungguh memahami karakter lingkungan alam tentu akan sulit memahaminya. rata-rata gunung yang ada di Nusantara ini baik yang masih aktif maupun yang sudah lama non aktif memiliki daya magis yang kuat. Penduduk pribumi Nusantara pada umumnya percaya akan adanya getaran magis yang menyelimuti gunung.
Lebih mengenal dan lebih memahami gunung tenyata dapat membawa kita pada kesadaran kosmos yang lebih tinggi sehingga dapat bermanfaat untuk membangun sikap yang lebih arif dan bijaksana bagi siapapun juga dalam mengambil sikap dan berbuat sesuatu. Ya, gunung menjadi salah satu guru bagi kehidupan yang saya jalani. Karena gunung adalah guru yang paling jujur.
Dari mana asal muasal daya magis suatu gunung ?
Bahwa daya kekuatan itu tidak lain berasal dari hukum keselarasan dan keseimbangan alam. Hukum alam telah menempatkan pegunungan sebagai tempat yang menyimpan kumparan energi dari dalam bumi maupun dari permukaan bumi.
Di mana di dalam perut gunung tersimpan kekuatan magma dan panas bumi yang lebih kuat dari dataran rendah. Kekuatan alam itu memancar hingga ke puncak gunung, badan dan kaki gunung dengan tingkat energi yang berbeda-beda. Gunung dengan selimut hutan belantara menjadikannya sebagai rumah tinggal seluruh makhluk.
Ragam mahluk hidup mulai dari bangsa manusia, bangsa “halus”, ragam tumbuhan hingga binatang. Gunung yang selalu diselimuti hutan belantara yang hijau menjadi pabrik yang memproduksi oksigen. Sehingga fungsi gunung sebagai tempat konservasi alam sebagai lumbung air dan oksigen yang dibutuhkan oleh seluruh mahluk hidup.
Kekuatan alam semesta yang lebih besar menyelimuti seluruh badan gunung. Bagian gunung yang lebih tinggi ternyata memiliki daya kekuatan yang lebih besar pula. Semakin mendekati puncak gunung semakin besar pula kekuatannya. Dan sepertinya pada bagian kawah gunung menjadi kumparan energi yang paling besar.
Para penghuninya bukanlah sembarang mahluk hidup, mereka mahluk hidup pilihan baik titah wadag maupun alus. Selain karena daya supernatural powernya, karena memang tidak setiap mahluk hidup mampu bertahan dan bisa bertempat tinggal di kawasan puncak gunung. Hanya mahluk hidup tertentu dan pilihan saja yang mampu bertempat tinggal di kawasan sekitar kawah atau puncak gunung.
Setidaknya hal ini menjawab tanda-tanya selama ini mengapa di pegunungan selalu ditinggali mahluk halus yang memiliki kekuatan dan kemampuan relative tinggi. Mengapa pula di puncak-puncak gunung tidak pernah tampak mahluk halus setingkat kuntilanak, pocongan, sundel bolong dan sejenisnya? Tetapi lebih banyak mahluk halus yang lebih sulit dilihat dengan mata visual namun mudah dirasakan besarnya daya kekuatan dan kemampuan mereka.
Memahami Gunung Melalui Simbol
Dilihat dari keadaan fisiknya, bentuk gunung yang kerucut dapat diartikan sebagai lambangkan kesadaran akan ketuhanan. Di bagian bawah atau kaki gunung lebih lebar melambangkan keberagaman “jalan” menggapai kesadaran spiritual. Hal ini tersirat dalam bentuk nasi tumpeng yang sering kita dapati dalam tradisi Jawa.
Di bawah lebar dan di bagian atas mengerucut melambangkan suatu makna bahwa sekalipun terdapat keberagaman “jalan” spiritual namun pada dasarnya menuju pada tujuan yang tunggal yakni menggapai kemuliaan yang Mahatunggal (Tuhan). Semua itu terjadi sebagai bagian dari sistem keseimbangan alam.
Kita harus menghormati hukum alam menata keseimbangannya sendiri. Bangsa binatang dan mahluk halus yang tinggal di gunung-gung memiliki tugas untuk menjaga dan melestarikan sumber kehidupan seluruh mahluk.
Apa yang terjadi jika bangsa manusia tidak mengindahkan hukum tata keseimbangan alam tersebut dengan cara merubah pola menjadi serba terbalik ? Apa yang terjadi jika areal puncak perbukitan dan pegunungan dibuat pemu****n oleh bangsa manusia ? Apa yang terjadi jika hutan-hutan belantara itu telah dirusak oleh bangsa manusia ?
Kita bisa belajar kebijaksanaan dari Gunung Merapi yang telah memindahkan secara paksa areal pemu****n penduduk dari semula di tempat “terlarang”. Gunung Merapi telah mengembalikan wilayah terlarang itu menjadi hutan belantara. Alam sedang menata dan mengembalikan pola keseimbangannya. Jika kita bersikap open-mind, akan mampu memahami hukum alam secara lebih bijak dan cermat.
Baca Juga:
- Misteri Gunung Semeru yang Selalu Menarik Para Pendaki
- Misteri Gunung Salak Dan Daftar Kecelakaan Di Gunung Salak
- Kisah Misteri dari 12 Gunung Yang Ada di Pulau Jawa
- Misteri Fenomena Piramida Hantu Di Atas Gunung
Sumber
loading...