Tahukah Anda, negara mana di muka bumi ini yang paling banyak dihujani bom oleh Amerika Serikat (AS)?
Jawabannya adalah: Laos
Jangan kaget. AS, selama Perang
Vietnam empat dekade lalu, melakukan 600 ribu misi pemboman. Jika setiap
misi menjatuhkan 10 bom, maka Laos dihujani enam juta bom.
Yang pasti, jumlah bom yang
dilepas di setiap misi pasti tidak sepuluh atau dua puluh, tapi bisa
mencapai ratusan dan dengan melibatkan banyak pesawat.
Jadilah Laos negeri berjuluk
paling banyak dihujani bom per kapita di dunia, karena jumlah bom yang
dijatuhkan jauh lebih besar dari seluruh bom yang dilepas AS dan Inggris
selama Perang Dunia II.
Sekitar 30 persen dari seluruh bom itu gagal meledak, dan menjadi malaikat maut yang setiap saat merebut nyawa penduduk Laos.
AS mulai menjatuhkan bom ke
Laos, setelah Vietnam Utara dan gerilawan Vietcong menggunakan wilayah
Laos dan Kamboja untuk menyusupkan serdadu ke wilayah Vietnam Selatan.
Rute penyusupan itu dikenal dengan nama Jalur Ho Chi Minh.
Washington mengubah Perang
Vietnam menjadi Perang Indochina, dengan front perempuran mencakup
Vietnam Selatan, Laos, dan Kamboja.
Di Kamboja, pemboman AS
dilakukan secara terbuka. Di Laos, AS melakukan Perang Rahasia tapi
dengan jumlah misi pemboman luar biasa besar.
AS menggunakan hampir semua bom
yang dimiliki. Mulai dari yang konvensional, sampai temuan baru seperti
bom napalm dan bom curah.
Tidak ada satu desa pun di Laos
yang tak 'kebagian' bom AS. Tidak ada ada satu desa pun di negeri itu
yang tidak memiliki korban perang.
Empat dekade setelah Perang
Indochina usai, tidak satu desa pun di Laos yang tidak menyimpan puluhan
bom tak meledak. Akibatnya, hampir setiap tahun -- dan telah
berlangsung selama 40 tahun sejak perang usai -- rata-rata seratus
penduduk Laos menjadi korban bom-bom yang tidak meledak itu.
Jika tidak mati secara mengerikan, mereka kehilangan anggota badan dan cacat seumur hidup.
Dari semua jenis bom yang tidak
meledak, biasa disebut UXO, yang paling berbahaya adalah bom curah atau
cluster bomb. Saat dilepas dari pesawat, bom berbentuk besar. Sekian
ratus meter sebelum mencapai tanah, bom berubah menjadi sebesar bola
tenis, dan meledak berturutan menciptakan karpet api, sehingga sering
disebut carpet bombing.
Tidak seluruh munisi tandan itu
meledak, beberapa belas atau mungkin puluh, terpedam di dalam tanah,
tergeletak begitu saja, tertanam di bawah lumpur, atau nyemplung ke
sungai, empang, dan rawa.
"Sembilan puluh persen temuan
kami adalah munisi tandan seukuran bola tenis," ujar Simon Rea, Country
Director for Lao PDR, Mines Advisory Group. "Sisanya adalah amunisi
lahan yang dilepas dari pesawat."
Pemerintah Laos mengatakan 87
ribu kilometer persegi wilayah negeri itu terkontaminasi UXO, dan baru
dua persen -- setelah empat dekade perang usai -- yang bisa dibersihkan.
"Mungkin butuh berabad-abad bagi
kami untuk membersihkan Laos dari semua UXO," ujar Phoukhieo
Chanthasomboune, direktur jenderal Laos' National Regulatory Authority
for UXO/Mine Action Sector.
"Kami ingin dunia tahu dan
mendukung kami dengan memberikan pelatihan. Kami ingin memiliki pusat
pelatihan UXO standar tinggi untuk melatih penduduk Laos berurusan
dengan bom," lanjutnya.
Sampai saat ini, UXO telah
membunuh dan mencederai lebih 50 ribu penduduk Laos. Orang-orang
kehilangan kaki bisa dijumpai di hampir semua desa di Laos, dan
pembuatan kaki palsu tersebar di seluruh negeri.
Sekitar 15 ribu korban membutuhkan bantuan untuk hidup, karena tidak bisa apa-apa lagi selain menunggu belas kasihan.
Phongsavath Souliyalath adalah
salah satu korban UXO. Ia tidak bisa apa-apa lagi, setelah menginjak bom
dan kehilangan kedua kakinya.
"Tidak ada dukungan dari siapa pun untuk saya," ujarnya.
Pemerintah AS meningkatkan bantuan
dari 9 juta dolar AS menjadi 32 juta dolar AS, tapi itu belum cukup.
Menurut pemerintah Laos, yang diperlukan bukan sekdar bantuan uang, tapi
bantuan teknis untuk menangani situasi luar biasa ini. Penduduk harus
dilatih menghadapi tantangan ini.
sumber
sumber
loading...