Bakat dan darah
seni yang mengalir pada manusia memang tidak mengenal jenis kelamin,
apakah dia perempuan ataupun lelaki. Namun meskipun demikian hanya
beberapa saja yang berhasil dan mampu mengasah dan menjadikan bakatnya
tersebut menjadikan namanya dikenal oleh banyak orang. Banyak seniwati
baik itu pemahat, pelukis atau bahkan penulis, yang memiliki karya-karya
yang indah. Namun garis hidup seseorang hanya sang Mahapencipta yang
mengetahuinya, beberapa seniwati dan penulis perempuan bahkan harus
menderita depresi dan tekanan jiwa selama hidupnya. Berikut 10 seniwati
dunia yang masuk rumah sakit jiwa:
2. Susanna Kaysen (1948-2011)

Mary Barnes adalah seorang pelukis berdarah Inggris yang didiagnosa menderita skizofrenia. Ia secara terus terang mengakuinya di dalam sebuah acara komunitas experimental and anti-psychiatry yang berlangsung di Kingsley hall, London. Komunitas ini bertujuan untuk mengobati para pasien tanpa meminta bantuan ahli kejiwaa ataupun psikiater. Ia pun berhasil dan dinyatakan sembuh dari skizofrenia yang dideritanya. Nama Mary Barnes pun semakin dikenal sebagai pelukis perempuan yang sukses.

Di urutan kesepuluh ini ada seorang penulis dan penyair yang suaranya lantang, ia Emma Santos. Pada 1970 ia menjalani perawatan di sebuah rumah sakit jiwa. Roger Gentis sang dokter, menyuruhnya untuk menuliskan pengalaman hidupnya. Ia menerbitkan delapan buah buku, yang diinspirasi oleh pengalamannya ketika berada di dalam rumah sakit jiwa.
sumber
1. Sylvia Plath (1932-1963)


Sylvia Plath
adalah seorang penulis dan penyair berkebangsaan Amerika yang dinikahi
oleh seorang penyair ternama Ted Hughes. Setelah menikah, barulah bakat
menulisnya mulai nampak dan dikenal oleh banyak pemerhati dan kritikus
sastra. Padahal ketika masih berumur delapan tahun ia telah
memublikasikan puisi-puisinya, dan seakan tidak pernah berhenti
memublikasikannya. Selama hidupnya ia telah menerbitkan lusinan judul
buku (namun hanya satu yang berisikan puisi), salah satu karyanya yang
paling popular adalah novel The Bell Jar (1963). Meski bakat dan
pemikirannya luar biasa, namun ia seperti hidup di dalam kegelapan, ia
harus berjuang melawan bipolar (kelainan jiwa). Di usia 30 tahun, Sylvia
pun harus menembak dirinya sendiri untuk mengakhiri penderitaannya.
2. Susanna Kaysen (1948-2011)

Suzanna Kaysen
menuliskan “Girl, Interrupted” di tahun 1993. Sebuah karya yang
berisikan kenangannya ketika menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa
MacLean Psychiatric pada 1967. Ia menjalani perawatan selama delapan
bulan, akibat deprese dan kelainan kepribadian. Pada 1999, James Mangol
membuat film yang mengadaptasi bukunya tersebut. Di dalam film tersebut
Suzanna diperankan oleh artis cantik Winona Ryder dan ditemani oleh
Angelina Jolie.
3. Zelda Fitzgerald (1900-1948)


Zelda
Fritzgerald seorang penulis yang dinikahi oleh penulis terkenal Francis
Scott Fritzgerald pada 1920. Keduanya merupakan anggota dari sebuah
perkumpulan sastrawan di Amerika Serikat dan Eropa. Pasangan penulis ini
dikenal dengan gaya hidupnya yang gemerlap, maka tidak heran jika
suaminya Scott lumpuh akibat keracunan alkohol. Sementara Zelda sendiri
menderita ketidakstabilan emosi. Bahkan pada 1930 ia didiagnosa
menderita skizofrenia. Pada 1932 ia harus dirawat di klinik kesehatan
jiwa di Towson, di tempat itulah ia kemudian menuliskan “Save Me the
Waltz”, sebuah novel otobiografi mengenai kehidupannya. Zelda
menghembuskan nafas terakhirnya pada 1948, ia meninggal akibat rumah
sakit tempatnya dirawat mengalami kebakaran.
4. Aloise Corbaz (1888-1964)


Aloize adalah
seniwati asal Swiss. Selama peristiwa Perang Dunia I ia dikabarkan telah
menjalani perawatan. Namun Ia mulai menggambar dan melukis pada 1920,
ketika Jean Dubuffet (teoritikus, yang menciptakan Konsep Art Brut),
mengajaknya untuk bekerja sama di dalam sebuah pameran. Bahkan Aloize
pun akhirnya dikenal sebagai seniwati penggerak konsep Art Brut.
5. Camille Claudel (1864-1943)

Camille Claudel
seorang seniwati pahat popular berkebangsaan Perancis. Ia mulai mencuat
namanya ketika menikah dengan seorang guru, Auguste Rodin. Sebenarnya
August adalah gurunya yang menemukan dan membantu mengembangkan bakat
Camille. Bahkan August tidak segan-segan meminta pendapat dari Camille
atas karya yang dibuatnya, setelah itu barulah mereka terlibat dalam
pembuatan pahatan secara bersama-sama. Saat mereka menjadi terkenal,
keduanya masih seorang guru dan murid. Setelah cukup percaya diri,
Camille pun seringkali tampil dengan karyanya seorang diri, namun hal
tersebut ternyata tidak membuat namanya semakin popular di kalangan
dunia seni. Pada 1913 menjalani perawatan di sebuah rumah sakit Jiwa di
Perancis selama sisa hidupnya. Di tempat tersebut ia terlihat begitu
6enderita, bahkan gairah seni yang mengalir di dalam darahnya tidak
terwujudkan ke dalam sebuah karya pahat. Hanya beberapa orang yang
mengunjunginya, termasuk saudara laki-lakinya. Camille meninggal pada
1943 akibat malnutrisi yang dideritanya di rumah sakit. Kisah hidupnya
pun dijadikan sebuah film yang dibintangi artis cantik Perancis,
Isabelle Adjani.
6. Unica Zurn (1916-1970)


Unica Zurn
adalah seorang penulis berkebangsaan Jerman, namun meskipun berasal dari
sebuah keluarga kaya ia tidak memiliki emosi yang stabil. Sampai
akhirnya ia bertemu dengan seorang seniman Hans Bellmer, yang
mengenalkannya kepada pergerakan seni surealistis yang saat itu sedang
popular. Ia pun kemudian tergerak dan mencoba bereksperimen, dengan
annagram dan menggambar, dan bakatnya itu membawanya ke pameran di
galeri Springer, Berlin.
Beberapa tahun
kemudian ia bertemu dengan seorang penulis surealistis bernama Henri
Michaux, mereka pun menjalin pertemanan yang sangat erat. Hubungan
tersebut pun membuat Unica menuliskan sebuah puisi “Der Mann I’m
Jasmin,” sebuah puisi yang mengisahkan tentang seorang lelaki yang
dicintainya. Namun setelah itu ia dinyatakan menderita kelainan jiwa,
depresi dan psikosis. Ia bahkan pernah berusha melakukan bunuh diri. Ia
mengalami perawatan di dua rumah sakit jiwa yang berbeda, di Prancis dan
di Jerman. Sampai akhirnya ia melakukan bunuh diri pada 1970.
7. Mary Barnes (1923-2001)

Mary Barnes adalah seorang pelukis berdarah Inggris yang didiagnosa menderita skizofrenia. Ia secara terus terang mengakuinya di dalam sebuah acara komunitas experimental and anti-psychiatry yang berlangsung di Kingsley hall, London. Komunitas ini bertujuan untuk mengobati para pasien tanpa meminta bantuan ahli kejiwaa ataupun psikiater. Ia pun berhasil dan dinyatakan sembuh dari skizofrenia yang dideritanya. Nama Mary Barnes pun semakin dikenal sebagai pelukis perempuan yang sukses.
8. Janet Frame (1924-2004)


Janet Frame,
seorang penulis berkebangsaan asal Selandia Baru. Ia pernah mengalami
peristiwa pahit semasa kecilnya, yakni ketika dua orang saudara
perempuannya yang tewas tenggelam. Pengalaman tersebut itu kemudian pun
selalu menghantuinya. Hingga pada 1945, ia didiagnosa menderita
skizofrenia dan harus menjalani perawatan di sebuah rumah sakit jiwa.
Selama berada di rumah sakit tersebut, beberapa kali ia harus
mendapatkan terapi kejut listrik. Namun selama berada di balik tembok
tersebut, Janet pun mulai giat menulis. Dan tulisannya itu pula yang
menyelamatkannya dari sebuah operasi bedah otak. Pada1961, ia
menerbitkan novel “Faces in The Water,” sebuah kisah pengalamannya
ketika berada di rumah sakit jiwa. Ia meninggal pada 2004 akibat
leukemia, ia adalah satu-satunya penulis Selandia Baru yang mendapatkan
nobel. Kehidupannya diabadikan ke film layar lebar berjudul “An Angel at
My Table,” yang disutradarai Jane Campion.
9. Valerie Valere (1961-1982)

Valeri Valere
menjalani perawatan di rumah sakit jiwa saat berusia 13 tahun, akibat
anaroxia. Ia menjalani perawatan selama beberapa bulan, yang membuatnya
trauma mendalam. Beberapa tahun setelah keluar dari rumah sakit, ia pun
menuliskan biografi (Le Pavillon des infants fous) mengenai
dirinya ketika berada di rumah sakit jiwa. Ketika buku tersebut
diterbitkan, namanya menjadi terkenal di Perancis. Untuk kali pertamanya
publik mendengarkan curahan hati seorang Valere melalui buku tersebut.
Valere meninggal di usia 21 tahun, penyebab kematiannya pun masih
simpang siur, ada yang mengatakan bahwa Velere meninggal akibat
overdosis.
10. Emma Santos (1943-1983)

Di urutan kesepuluh ini ada seorang penulis dan penyair yang suaranya lantang, ia Emma Santos. Pada 1970 ia menjalani perawatan di sebuah rumah sakit jiwa. Roger Gentis sang dokter, menyuruhnya untuk menuliskan pengalaman hidupnya. Ia menerbitkan delapan buah buku, yang diinspirasi oleh pengalamannya ketika berada di dalam rumah sakit jiwa.
sumber
loading...