Isu kiamat yang bakal terjadi pada 21 Desember 2012 masih dipertanyakan kebenarannya hingga kini. Meski begitu, melalui sebuah laporan menyatakan bahwa kehidupan di Bumi nyaris tamat pada 1883.
Menurut Walter Meade Russel melalui blog Via Meadia yang dipublikasikan American Interest, Selasa (27/11/2012), menyatakan bahwa Bumi nyaris kiamat pada 1883. Hal ini disimpulkan berdasarkan sejumlah data astronomi lama yang menyatakan bahwa sebuah komet hancur lebur menjadi 3275 bagian di dekat Bumi. Di mana masing-masing bagian memiliki ukuran seperti komet yang menubruk Bumi pada 30 Juni 1908 (Peristiwa Tuguska).
Peristiwa Tuguska sendiri merupakan ledakan besar yang terjadi di Krai Krasnoyarsk, Rusia sekitar pukul 7.14 pagi waktu setempat. Hingga kini, penyebab peristiwa itu masih diperdebatkan, namun peristiwa ini diduga akibat ledakan udara meteroid atau komet besar.
Melalui blog tersebut menjelaskan, apabila benda-benda tersebut menubruk Bumi, dampak yang dihasilkan setara dengan pertukaran termonuklir yang kemungkinkan dapat menghacurkan kehidupan di planet ini.
Menelisik ke belakang, pada 12 dan 13 Agustus 1883, seorang astronomi dari observatorium di Zacatecas di Mexico membuat pengamatan yang luar biasa. Jose Bonilla mengitung 450 objek masing-masing dikelilingi semacam kabut melewati permukaan Matahari.
Bonilla mempublikasikan hasil pengamatannya ini melalui jurnal berbahasa Prancis, La'Astonomic pada 1886. Ia sendiri dalam laporannya tidak mampu menghitung banyaknya objek. Bahkan, editor jurnal tersebut menyarankan sejumlah pihak untuk tidak mempercayai hasil observasi Bonilla. Ia mengatakan bahwa objek tersebut disebabkan oleh burung, serangga atau debu yang lewat di depan teleskop yang digunakan oleh Bonilla.
Sementara itu, Hector Manterola dari National Autonomous University of Mexico di Mexico City dan rekannya memberikan interpretasi yang berbeda. Mereka berfikir bahwa Bonilla pasti telah melihat fragmen dari sebuah komet yang baru saja terputus. Hal ini menjelaskan gambaran yang berkabut dari potongan-potongan dan objek tersebut terlihat berdekatan.
Setiap fragmen setidaknya memiliki ukuran yang sama dengan komet yang jatuh pada Peritiwa Tuguska. "Jadi, bila objek tersebut bertabrakan dengan Bumi kita akan melihat 3275 Peristiwa Tuguskan dalam dua hari, mungkin sebuah peristiwa kepunahan," katanya menyimpulkan.
Isu kiamat yang bakal terjadi pada 21 Desember 2012 masih dipertanyakan kebenarannya hingga kini. Meski begitu, melalui sebuah laporan menyatakan bahwa kehidupan di Bumi nyaris tamat pada 1883.
Menurut Walter Meade Russel melalui blog Via Meadia yang dipublikasikan American Interest, Selasa (27/11/2012), menyatakan bahwa Bumi nyaris kiamat pada 1883. Hal ini disimpulkan berdasarkan sejumlah data astronomi lama yang menyatakan bahwa sebuah komet hancur lebur menjadi 3275 bagian di dekat Bumi. Di mana masing-masing bagian memiliki ukuran seperti komet yang menubruk Bumi pada 30 Juni 1908 (Peristiwa Tuguska).
Peristiwa Tuguska sendiri merupakan ledakan besar yang terjadi di Krai Krasnoyarsk, Rusia sekitar pukul 7.14 pagi waktu setempat. Hingga kini, penyebab peristiwa itu masih diperdebatkan, namun peristiwa ini diduga akibat ledakan udara meteroid atau komet besar.
Melalui blog tersebut menjelaskan, apabila benda-benda tersebut menubruk Bumi, dampak yang dihasilkan setara dengan pertukaran termonuklir yang kemungkinkan dapat menghacurkan kehidupan di planet ini.
Menelisik ke belakang, pada 12 dan 13 Agustus 1883, seorang astronomi dari observatorium di Zacatecas di Mexico membuat pengamatan yang luar biasa. Jose Bonilla mengitung 450 objek masing-masing dikelilingi semacam kabut melewati permukaan Matahari.
Bonilla mempublikasikan hasil pengamatannya ini melalui jurnal berbahasa Prancis, La'Astonomic pada 1886. Ia sendiri dalam laporannya tidak mampu menghitung banyaknya objek. Bahkan, editor jurnal tersebut menyarankan sejumlah pihak untuk tidak mempercayai hasil observasi Bonilla. Ia mengatakan bahwa objek tersebut disebabkan oleh burung, serangga atau debu yang lewat di depan teleskop yang digunakan oleh Bonilla.
Sementara itu, Hector Manterola dari National Autonomous University of Mexico di Mexico City dan rekannya memberikan interpretasi yang berbeda. Mereka berfikir bahwa Bonilla pasti telah melihat fragmen dari sebuah komet yang baru saja terputus. Hal ini menjelaskan gambaran yang berkabut dari potongan-potongan dan objek tersebut terlihat berdekatan.
Setiap fragmen setidaknya memiliki ukuran yang sama dengan komet yang jatuh pada Peritiwa Tuguska. "Jadi, bila objek tersebut bertabrakan dengan Bumi kita akan melihat 3275 Peristiwa Tuguskan dalam dua hari, mungkin sebuah peristiwa kepunahan," katanya menyimpulkan.
sumber
loading...