Cinta adalah
suatu perasaan yang positif dan diberikan pada manusia atau benda
lainnya. Bisa dialami semua makhluk. Penggunaan perkataan cinta juga
dipengaruhi perkembangan semasa. Perkataan sentiasa berubah arti menurut
tanggapan, pemahaman dan penggunaan di dalam keadaan, kedudukan dan
generasi masyarakat yang berbeda.
Benarkah
cinta terkadang tidak sesuai dengan logika ? Ternyata istilah itu tidak
selalu benar karena ada penjelasan ilmiah tentang CINTA.
Peneliti
dari Syracuse University, Stephanie Ortigue, telah membuktikan bahwa
otak sangat bekerja saat manusia merasa jatuh cinta. Setidaknya ada 12
area di otak yang bekerja secara bersamaan, sehingga Anda mendapatkan
kesan menemukan seseorang yang Anda cintai.
Saat jatuh cinta
• Area-area berbeda yang ada di otak melepas euphoria yang dipengaruhi
sejumlah zat kimia. Antara lain seperti dopamine, oxytocin (yang dikenal
sebagai hormon cinta), adrenaline, dan vasopressin (atau hormon yang
menjadikan hewan memiliki sifat agresif dan perilaku menguasai
teritorial, bisa jadi hormon dasar dari sifat posesif)
•Tingkat
darah dari Nerve Growth Factor (NGF), suatu protein yang berperan dalam
survival dan maintenance di sel otak, juga meningkat. Peningkatan ini
ditemukan secara signifikan di pasangan yang merasa baru saja jatuh
cinta yang dikenal dengan fenomena "cinta pada pandangan pertama".
"Hasil ini memperlihatkan bahwa cinta memiliki dasar ilmiah," ucap
Ortigue.
Saat menatap
pasangannya, aktivitas otak di wilayah yang dinamakan dopaminergic
subcortial system menjadi aktif, layaknya orang yang euphoria karena
pengaruh kokain.
Selain otak,
yang memengaruhi manusia saat merasakan cinta adalah indera. Di setiap
makhluk hidup, terdapat feromon yang dihasilkan di kalenjar tubuh
manusia. Ini mempengaruhi hormon-hormon dalam tubuh, terutama otak, dan
menjadi daya tarik seksual. Perasaan cinta bisa jadi mulai dirasakan
saat indera penciuman mendeteksi feromon, yang kemudian bereaksi
terhadap hormon estrogen (pada perempuan) dan testoteron (pada lelaki).
Menurut
pendapat lainnya, Profesor Antropologi dari Rutgers University, Helen
Fisher, membagi penjelasan cinta dalam tiga tahap. Dalam buku "Why We
Love: The Nature and Chemistry of Romantic Love", Fisher menyebut tiga
tahap itu juga dipengaruhi oleh hormon.
1. Nafsu (Lust). Ini dipengaruhi hormon testosterone dan oestrogen di lelaki dan perempuan.
2. Ketertarikan (Attraction). Di tahap ini, setidaknya ada tiga
neurotransmitter yang berpengaruh, ini termasuk adrenaline, dopamine,
dan serotonin (ini merupakan hormon yang memengaruhi pikiran).
3. Keterikatan (Atatchment). Hormon yang terlibat dalam tahap ini adalah oxytocin dan vasopressin.
Hati tetap terlibat, karena ini merupakan konsep yang kompleks dari
cinta yang terbentuk dari proses secara keseluruhan. Ini merupakan
manifestasi hati, yang terkadang muncul dari otak.
loading...