Ada sebuah mitos aneh di Sumatara barat yakni ikan sakti mitosnya siapa saja yang memakan Ikan sakti ini akan tertipa musibah.
Mitos
yang berkembang turun temurun ini ternyata menjadi daya tarik wisata
tersendiri di Sumatra Barat banyak orang yang penasarana akan kebenaran
mitos ini dan langsung menggunjungi ikan sakti ini. Seperti yang
dilansir palingseru.
Ikan sakti ini berada di sebuah kolam yang berada di daerah Sungai Janiah, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Kolam
besar yang banyak ikanya ini sunguh terawat dengan rapi air kolam ikan
sakti inipun sangat jernih para pengunjung bisa langsung melihat ikan
yang ada di dalam kolam. Ikan yang ada di kolampun jumlahnya banyak
bahkan ada yang berukuran sampai 2 meter.
Tidak ada orang yang bernai menagkap ikan di kolam ini sebab takut akan kutukan ikan sakti yakni siapa saja yang memakan kan sakti di kolam ini akan tertipa musibah.
Tidak ada orang yang bernai menagkap ikan di kolam ini sebab takut akan kutukan ikan sakti yakni siapa saja yang memakan kan sakti di kolam ini akan tertipa musibah.
“Takut tertimpa musibah,” kata salah satu warga setempat, Herman.
Asal mula
ikan yang ada di Sungai Janiah dari penjelmaan anak manusia dan anak
jin yang telah dikutuk oleh Tuhan, karena kedua makhluk yang berlainan
alam ini telah melanggar janji yang telah mereka sepakati.
Alkisah,
penduduk Nagari Tabek Panjang di Kecamatan Baso ini berasal dari puncak
gunung Merapi. Karena persediaan air di Gunung Merapi semakin terbatas,
maka timbullah ide mencari hunian baru di bawah Gunung Merapi. Maka
diutuslah Sutan Basa untuk mencarai lokasi baru itu, Sutan Basa
menemukan kawasan yang memiliki Sungai dan air mancur yang sangat
jernih. Tapi daerah itu telah ditempati oleh bangsa jin, maka Sutan Basa
menyampaikan keinginannya kepada jin tinggal dikawasan itu bersama
kelompoknya.
Maka
diadakanlah kesepakatan antar kepala suku masing-masing, bahwa boleh
tinggal di daerah itu, asalkan kalau anak kemenakan dari Datuak Rajo
Nando mamak dari Sutan Basa menebang pohon agar membuang serpihan dan
sisa kayu ke arah rebahnya pohon. Kalau kesepakatan ini dilanggar, maka
keturunan dari keduanya akan memakan kerak-kerak lumut, tempatnya tidak
diudara tidak juga di daratan.
Setelah
sepakat tinggallah kaum tersebut di Sungai Janiah. Suatu waktu ada
keinginan untuk membangun gedung pertemuan atau balairung untuk tempat
berkumpul. Maka ditugasilah oleh Sutan Basa sekelompok irang untuk
mencari kayu sebagai tonggak tuo. Maka pergilah mereka ke hutan. Karena
begitu senang bercampur lelah, mereka langsung menebang pohon yang
mereka nilai cocok, tapi mereka lupa akan janji yang telah disepakati
oleh kepala suku. Karena tidak mengindahkan janji tersebut maka hasil
tebangan pohon tersebut mengenai anak- anak jin. Kejadian ini membuat
marah keluarga jin, mereka menurunkan batu-batu dari Bukit Batanjua yang
ada di sekitar sungai tersebut, yang menyebabkan gempa.
Keadaan
ini menyebabkan hubungan tidak harmonis antara keduanya. Suatu waktu
Datuak Rajo Nando dan istrinya pergi membersihkan ladang tebu mereka
dengan meninggalkan anak perempuan mereka berusia 8 bulan. Setelah
pulang dari ladang, tidak ditemui anak tersebut. Maka seluruh orang
kampung diperintah mencari anak hilang tersebut, sampai larut malam
seluruh usaha seakan sia-sia.
Malam
hari istri Datuak Rajo Nando bermimpi agar memanggil anaknya di Sungai
Janiah dengan cara membawa beras dan padi dan memanggil anaknya seperti
memanggil ayam. Esok siang dilakukanlah seperti di mimpinya. Setelah
dipanggil datanglah dua ekor ikan yang satu tampak jelas dan yang satu
lagi tampak samar. Maka ikan yang tampak jelas itu adalah anak Datuak
Rajo Nando dan satunya lagi adalah anak jin. Hal ini terjadi karena
keduanya melanggar janji, sehingga termakan sumpah.
Versi Muchtar Tuanku Sampono
Muchtar
Tuanku Sampono yang berusia 96 tahun, tokoh masyarakat Sungai Janiah
mengatakan, ikan di Sungai Janiah ini tidak “sakti”. Ikan tersebut
berasal dari anak yang hilang. Malam harinya ibu anak tersebut bermimpi
agar dibuat nasi kunyit (nasi kuning) dan dipanggil anaknya di Sungai
Janiah.
“Sejak
dulu tidak ada yang berani memakan ikan di Sungai Janiah ini, karena
mereka enggan saja karena sepertinya memakan manusianya saja, bahkan
Belanda dan Jepang tidak berani menjamah ikan ini,”
Menurut
Tuanku Sampono tidak ada yang tahu jenis dan nama ikan tersebut. Ikan
seperti ikan ‘gariang’, namun kata orang Jambi ikan ini sejenis ikan
Kalari. Seperti yang dikatakan oleh Tuanku Sampono ikan-ikan tersebut
sejak dulu tidak terlihat anak-anak ikannya.
Nah
tertarik untuk berwisata ke kolam sakti ini datang saja ke Sumatara
barat tiket masuknya pun tidak mahal hanya Rp 2000,00 sekali masuk
loading...