Sebagai negara yang kaya akan kebudayaan dan wilayah , di indonesia terdapat berbagai keberagaman serta keunikan dari masing masing wilayah tersebut , terlebih lagi suasana desa yang masih sangat tradisional tanpa tersentuh teknologi modern dari dunia luar.
Desa Trunyan inu punya tradisi kuburan yang di bilang sangat unik. Alih-alih dimakamkan atau dibakar layaknya upacara Ngaben ala Bali , mayat di Desa Trunyan ini dibiarkan begitu saja di atas tanah. Mayat-mayat ini hanya ditutup ancak saji yang terbuat dari dedaunan. Ternyata mayat di desa ini tidak ada yang di kubur , tapi anehnya udaran di desa semerbak wangi.
Padahal tengkorak dan tulang-belulang acak-acakan di banyak tempat , tapi tidak ada bau busuk yang tercium. Penyebabnya yakni Taru Menyan , sebuah pohon raksasa sebagai asal nama dari desa Trunyan.
Tradisi Pembiaran mayat tanpa dikubur ini sudah ada ratusan tahun lamanya. Namun dengan syarat , mayat tersebut harus utuh dan meninggal secara normal. Tak ada luka ataupun penyakit. Layak atau tidaknya seseorang 'dikubur' di Trunyan juga dilihat dari baik atau buruknya perilaku orang tersebut semasa hidup.
Meski terlihat menakutkan , namun tak sedikit wisatawan yang penasaran dan ingin melihat sendiri Kuburan di desa Trunyan ini.
Yang lebih jago lagi desa-desa di bawah ini ternyata sudah banyak di kenal oleh masyarakat dunia , alasannya yakni keunikan desa tersebut yang mungkin hanya satu-satunya terdapat di seluruh dunia ini. Desa di bawah ini juga cocok sekali sebagai tempat tujuan wisata kalian , yang mana kalian dapat menemukan pengalaman liburan yang berbeda dari tempat wisata biasanya.
Desa mana sajakah yang sudah banyak di kenal oleh wisatawan mancanegara , simak ulasan di bawah ini.
1. Desa Wae Rebo
Desa Wae Rebo di Floresini terletak pada ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut layaknya sebuah desa surga yang berada di atas awan. Namun untuk pergi ke desa ini perlu usaha untuk mencapainya , namun apa yang didapat saat hingga ke lokasi tentu tak sebanding dengan perjalanan yang dilalui alasannya yakni tempat ini KEREN banget !.
Pemandangan dan suasana alam berupa gunung-gunung berpadu dengan 7 rumah etika berbentuk kerucut akan memberi kesan tersendiri bagi setiap pengunjung yang pernah datang ke Desa Wae Rebo. Desa Wae Rebo ini berada di barat daya kota Ruteng , Kabupaten Manggarai , Nusa Tenggara Timur. Untuk mampu hingga ke lokasi memang tidak mudah alasannya yakni letaknya sempurna di atas gunung.
Perlu tenaga ekstra tentu untuk melaksanakan perjalanan kaki selama kurang lebih 3 hingga dengan 4 jam. Tergantung kondisi fisik alasannya yakni trek jalan menuju desa Wae Rebo mendaki sejauh 7 km. Desa Wae Rebo juga mampu di sebut sebagai desa terindah di Indonesia dan desa ini sama sekali tidak ada alat komunikasi maupun elektronik.
Desa Wae Rebo dari sisi pariwisata sangat dikelola dengan baik oleh para penduduk , alasannya yakni desa ini didampingi dan diberikan bimbingan pribadi perihal Pariwisata oleh Indonesia Ecotourism Network.
2. Desa Penglipuran
Desa Penglipuran Bangli yakni sebuah wilayah pedesaan yang menjadi ikon desa wisata di pulau Bali , objek ini memang telah lama menjadi tujuan wisatawan domestik dan asing. Akses ke lokasi cukup mudah berada pada jalur utama Bangli dan Kintamani , sekitar 45km dari Denpasar , tepatnya di Kelurahan Kubu , Kecamatan Bangli.
Pengembangan desa Penglipuran di bangli ini sebagai daerah wisata memang sangat sempurna , alasannya yakni memiliki budaya dan tradisi unik didukung oleh suasana pedesaan dan perbukitan yang asri , nyaman dan sejuk. Desa Penglipuran ini berada di ketinggian 700 meter dari permukaan laut , sehingga berhawa sejuk , tanaman subur dan hijau dapat tumbuh subur di desa Penglipuran ini.
Di desa Penglipuran ini yakni satu-satunya desa dengan rumah tradisional Bali asli yang masih mampu ditemukan hingga sekarang ini , tertata rapih dan terpelihara dengan sangat baik. Ditengah modernisasi serta ilmu dan tekhnologi yang begitu pesat warga di desa Penglipuran Bangli masih mampu menjaga tatanan warisan budaya dari leluhur mereka.
Baduy Luar merupakan orang-orang yang telah keluar dari etika dan wilayah Baduy Dalam. Ada beberapa hal yang menimbulkan dikeluarkannya warga Baduy Dalam ke Baduy Luar. Pada dasarnya , peraturan yang ada di baduy luar dan baduy dalam itu hampir sama , tetapi baduy luar lebih mengenal teknologi dibanding baduy dalam. Penyebab mereka di keluarkan dari Baduy dalam dikarenakan telah melanggar etika masyarakat Baduy Dalam dan berkeinginan untuk keluar dari Baduy dalam dan menikah dengan anggota Baduy Luar
4. Desa Kete
Kete Kesu yakni sebuah desa tradisional kuno yang letaknya tersembunyi di wilayah pegunungan Tanatoraja , Sulawesi Selatan. Desa ini terletak di tengah-tengah hamparan sawah yang merupakan desa tertua di distrik Sanggalangi. Desa ini berusia lebih dari 400 tahun dan dikatakan tidak berubah sama sekali dalam 400 tahun terakhir. Fungsi Kete Kusu ini sebagai museum hidup , di mana seseorang dapat mencicipi budaya pertama dan tradisi masyarakat kuno Toraja.
Kete Kesu ini mungkin di kenal dunia luar lewat daya tarik wisata dengan tema ajal , ibarat yang ditunjukkan melalui upacara pemakaman mewah mereka , kuburan yang tergantung dan situs pemakaman dekoratif. Ke'te Kesu 'ini dikatakan memiliki tradisi unik dalam merayakan ajal yang sebagian besar masih terawat baik di seluruh Toraja.
Menurut tradisi , orang-orang dari status yang lebih tinggi dikuburkan di lubang yang lebih tinggi , sementara rakyat jelata di kuburkan di kaki bukit. Kaum suku Toraja percaya bahwa semakin tinggi makam seseorang , semakin mudah jalan menuju surga.
Di Kete Kesu juga terdapat banyak peti mati yang umur nya sudah ratusan tahun , ada yang hanya di letakan di tanah , ada juga yang di gantung diatas tebing , ada pula yang di masukan di dalam gua.
5. Desa Trunyan
1. Desa Wae Rebo
Desa Wae Rebo di Floresini terletak pada ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut layaknya sebuah desa surga yang berada di atas awan. Namun untuk pergi ke desa ini perlu usaha untuk mencapainya , namun apa yang didapat saat hingga ke lokasi tentu tak sebanding dengan perjalanan yang dilalui alasannya yakni tempat ini KEREN banget !.
Pemandangan dan suasana alam berupa gunung-gunung berpadu dengan 7 rumah etika berbentuk kerucut akan memberi kesan tersendiri bagi setiap pengunjung yang pernah datang ke Desa Wae Rebo. Desa Wae Rebo ini berada di barat daya kota Ruteng , Kabupaten Manggarai , Nusa Tenggara Timur. Untuk mampu hingga ke lokasi memang tidak mudah alasannya yakni letaknya sempurna di atas gunung.
Perlu tenaga ekstra tentu untuk melaksanakan perjalanan kaki selama kurang lebih 3 hingga dengan 4 jam. Tergantung kondisi fisik alasannya yakni trek jalan menuju desa Wae Rebo mendaki sejauh 7 km. Desa Wae Rebo juga mampu di sebut sebagai desa terindah di Indonesia dan desa ini sama sekali tidak ada alat komunikasi maupun elektronik.
Desa Wae Rebo dari sisi pariwisata sangat dikelola dengan baik oleh para penduduk , alasannya yakni desa ini didampingi dan diberikan bimbingan pribadi perihal Pariwisata oleh Indonesia Ecotourism Network.
2. Desa Penglipuran
Desa Penglipuran Bangli yakni sebuah wilayah pedesaan yang menjadi ikon desa wisata di pulau Bali , objek ini memang telah lama menjadi tujuan wisatawan domestik dan asing. Akses ke lokasi cukup mudah berada pada jalur utama Bangli dan Kintamani , sekitar 45km dari Denpasar , tepatnya di Kelurahan Kubu , Kecamatan Bangli.
Pengembangan desa Penglipuran di bangli ini sebagai daerah wisata memang sangat sempurna , alasannya yakni memiliki budaya dan tradisi unik didukung oleh suasana pedesaan dan perbukitan yang asri , nyaman dan sejuk. Desa Penglipuran ini berada di ketinggian 700 meter dari permukaan laut , sehingga berhawa sejuk , tanaman subur dan hijau dapat tumbuh subur di desa Penglipuran ini.
Di desa Penglipuran ini yakni satu-satunya desa dengan rumah tradisional Bali asli yang masih mampu ditemukan hingga sekarang ini , tertata rapih dan terpelihara dengan sangat baik. Ditengah modernisasi serta ilmu dan tekhnologi yang begitu pesat warga di desa Penglipuran Bangli masih mampu menjaga tatanan warisan budaya dari leluhur mereka.
Rumah-rumah mereka buat persis sama antara satu dengan yang lainnya , materi yang sama ibarat tembok atau penyengker dari tanah dan juga atap dari bambu. Bambu di sini tumbuh subur dan dijaga untuk kepentingan pembuatan rumah dan untuk keperluan upacara etika kematian.
3. Desa Baduy
Kampung suku Baduy terletak di desa Cibeo kabupaten Lebak. Sekitar 40 Km dari Rangkasbitung. Kampung suku Baduy ini merupakan wisata alam sekaligus wisata budaya. Dimana kalian dapat menikmati alamnya yang masih asri serta mengenal lebih jauh mengenai budaya suku Baduy yang terlihat masih sangat tradisional.
Suku Baduy merupakan suku yang hidup terisolir dari dunia luar , mereka hidup secara sederhana dan menyatu dengan alam. Bahasa yang mereka gunakan sehari-hari yakni Bahasa Sunda dialek a–Banten. Untuk berkomunikasi dengan penduduk luar desa mereka lancar menggunakan Bahasa Indonesia , walaupun mereka tidak menerima pengetahuan tersebut dari sekolah.
3. Desa Baduy
Kampung suku Baduy terletak di desa Cibeo kabupaten Lebak. Sekitar 40 Km dari Rangkasbitung. Kampung suku Baduy ini merupakan wisata alam sekaligus wisata budaya. Dimana kalian dapat menikmati alamnya yang masih asri serta mengenal lebih jauh mengenai budaya suku Baduy yang terlihat masih sangat tradisional.
Suku Baduy merupakan suku yang hidup terisolir dari dunia luar , mereka hidup secara sederhana dan menyatu dengan alam. Bahasa yang mereka gunakan sehari-hari yakni Bahasa Sunda dialek a–Banten. Untuk berkomunikasi dengan penduduk luar desa mereka lancar menggunakan Bahasa Indonesia , walaupun mereka tidak menerima pengetahuan tersebut dari sekolah.
Suku Baduy dapat di bedakan menjadi 2 adegan suku yaitu Baduy dalam dan Baduy luar. Baduy dalam memiliki pantangan yang lebih ketat dibandingkan suku Baduy luar , misalnya tidak diperbolehkan menggunakan baju berwarna selain hitam , putih dan biru donker , dilarang menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat mencemari alam ibarat pasta gigi , sabun , sampo dan sebagainya.
Baduy Luar merupakan orang-orang yang telah keluar dari etika dan wilayah Baduy Dalam. Ada beberapa hal yang menimbulkan dikeluarkannya warga Baduy Dalam ke Baduy Luar. Pada dasarnya , peraturan yang ada di baduy luar dan baduy dalam itu hampir sama , tetapi baduy luar lebih mengenal teknologi dibanding baduy dalam. Penyebab mereka di keluarkan dari Baduy dalam dikarenakan telah melanggar etika masyarakat Baduy Dalam dan berkeinginan untuk keluar dari Baduy dalam dan menikah dengan anggota Baduy Luar
4. Desa Kete
Kete Kesu yakni sebuah desa tradisional kuno yang letaknya tersembunyi di wilayah pegunungan Tanatoraja , Sulawesi Selatan. Desa ini terletak di tengah-tengah hamparan sawah yang merupakan desa tertua di distrik Sanggalangi. Desa ini berusia lebih dari 400 tahun dan dikatakan tidak berubah sama sekali dalam 400 tahun terakhir. Fungsi Kete Kusu ini sebagai museum hidup , di mana seseorang dapat mencicipi budaya pertama dan tradisi masyarakat kuno Toraja.
Kete Kesu ini mungkin di kenal dunia luar lewat daya tarik wisata dengan tema ajal , ibarat yang ditunjukkan melalui upacara pemakaman mewah mereka , kuburan yang tergantung dan situs pemakaman dekoratif. Ke'te Kesu 'ini dikatakan memiliki tradisi unik dalam merayakan ajal yang sebagian besar masih terawat baik di seluruh Toraja.
Menurut tradisi , orang-orang dari status yang lebih tinggi dikuburkan di lubang yang lebih tinggi , sementara rakyat jelata di kuburkan di kaki bukit. Kaum suku Toraja percaya bahwa semakin tinggi makam seseorang , semakin mudah jalan menuju surga.
Di Kete Kesu juga terdapat banyak peti mati yang umur nya sudah ratusan tahun , ada yang hanya di letakan di tanah , ada juga yang di gantung diatas tebing , ada pula yang di masukan di dalam gua.
5. Desa Trunyan
Desa Trunyan inu punya tradisi kuburan yang di bilang sangat unik. Alih-alih dimakamkan atau dibakar layaknya upacara Ngaben ala Bali , mayat di Desa Trunyan ini dibiarkan begitu saja di atas tanah. Mayat-mayat ini hanya ditutup ancak saji yang terbuat dari dedaunan. Ternyata mayat di desa ini tidak ada yang di kubur , tapi anehnya udaran di desa semerbak wangi.
Padahal tengkorak dan tulang-belulang acak-acakan di banyak tempat , tapi tidak ada bau busuk yang tercium. Penyebabnya yakni Taru Menyan , sebuah pohon raksasa sebagai asal nama dari desa Trunyan.
Meski terlihat menakutkan , namun tak sedikit wisatawan yang penasaran dan ingin melihat sendiri Kuburan di desa Trunyan ini.
loading...